"Cinta" tapi Bukan Cinta.


Banyak orang bilang mencintai dalam diam itu menyakitkan.
Rindu kau simpan sendiri.
Cemburu kau tutup - tutupi.
Bahkan hanya untuk sekedar menyapa "hai" saja kau harus berpikir berulang kali.

Tapi...
Walaupun banyak orang bilang mencintai dalam diam itu menyakitkan..
Aku memilih jalan diam untuk mencintaimu.
Bukan aku ingin menyakiti diri dengan menyimpan segala perasaan ini sendiri di dalam hati.
Tapi bagiku, mendoakanmu di sepertiga malamku lebih berarti ketimbang aku harus menyatakan perasaan ini.

Sebagai seorang manusia sudah fitrahnya kita akan merasakan cinta. Lalu apa yang harusnya dilakukan kalau cinta datang tidak pada waktunya?
Walaupun sebenarnya, jika kita menarik waktu ke belakang dari dulu kita sudah merasakan cinta.
Cinta kepada Sang Pencipta, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada orangtua, cinta kepada keluarga, teman dan sebagainya. Tapi pada kesempatan kali ini izinkan saya menggunakan kata cinta hanya untuk memaknai cinta kepada lawan jenis saja.

Cinta dalam diam, begitulah paragraf di atas menyampaikannya.
Sebuah paragraf yang aku tulis sendiri, lalu beberapa bulan berikutnya aku malu sendiri.
Malu.
Aku mengatakan cinta ini dalam diam, tapi diam-diam aku seringkali meng-stalk akun sosial medianya.
Malu.
Aku mengatakan cinta ini dalam diam, tapi aku tak merasa keberatan untuk menyebut namanya di sepertiga malam.
Malu.
Aku mengatakan cinta, tapi sebenarnya belum pantas aku mengatakannya. Belum waktunya aku memberikan hati ini pada seseorang.
Seharusnya dalam masa penantian aku memberikan sepenuh hatiku pada yang berhak.
Pada Tuhan, pada agama, pada orangtua, pada teman dan keluarga.
Seharusnya dalam masa penantian aku menyibukan diri bukan malah sibuk mengagumi.
Seharusnya aku menyadari bahwa cinta akan datang ketika kita 'berhenti' mencari dan memperbaiki diri.


Bandung, 5 Desember 2017.
Ditulis di sela-sela menumpuknya tugas pengganti UAS.



Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hidup sekali harus berarti.

0 komentar:

Post a Comment