Mataku Untuk Apa Saja?


Bulan lalu, saya menghadiri sebuah acara perayaan ulang tahun salah satu stasiun radio di mana salah satu bintang tamunya ialah Teh Siti.

Dia bukan seorang artis atau pun pembisnis. Bukan pula motivator yang biasanya berkata bijak dan manis, ia adalah seorang gadis tunanetra yang kehilangan ibunya saat berusia 5 tahun dan ayahnya saat berusia 7 tahun. 

So, bisa dibayangkan betapa kehidupan begitu 'sadis' untuknya? Tunanetra dan menjadi yatim-piatu sejak kecil.
Apa ia marah? Apa ia kecewa? Apa ia benci kepada Allah dan terus menyalahkan 'YA ALLAH MENGAPA AKU BEGINI?' Tidak. Ia tidak marah. Yang ada dipikirannya malah ia ingin menjadi hafizh Qur'an dengan alasan yang sungguh luar biasa.
Ia bilang "Aku ingin melihat kedua orangtuaku nanti di surga dan menyematkan mahkota untuk mereka berdua"
Masha Allah, sungguh malu diriku. Bermata normal namun entah dipakai dipakai buat apa.



Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hidup sekali harus berarti.

2 komentar: